Rabu, 17 Juni 2015

Nilai-nilai dalam Dikpus OSKM ITB 2015 - Umar Abdurrahman 16314128



Mahasiswa

Perguruan tinggi memiliki peran untuk membentuk manusia susila dan demokratis. Insaf akan tanggung jawab kesejahteraan masyarakat, cakap dan mandiri memelihara, memajukan ilmu pengetahuan, dan cakap memangku jabatan dan pekerjaan. Itulah yang disebut insan akademis, manusia, ilmiah. Sehingga mahasiswa sebagai insan akademis berkewajiban untuk mengembangkan diri, mampu, tanggap, menghadapi masa depan, mmencari dan membela kebenaran ilmiah.

Keluarga Mahasiswa

Mahasiswa adalah civitas akademika, mengemban misi tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengembangan masyarakat. Dalam Keluarga Mahasiswa ITB banyak lembaga yang berwenang dalam mengatur segala hal tentang kemahasiswaan itu sendiri. Antara lain, kongres, kedaulatan tertinggi, menentukan dan mengawasi. Tim Beasiswa, saat ini tidak aktif, memiliki pertanggung jawaban kepada kongres mengenai control social dan bersifat tidak politis. Kabinet, merupakan lembaga eksekutif, berperan dalam dinamisasi kampus melalui pencerdasan dan pengembangan. MWA-WM, perwakilan mahasiswa di majelis tertinggi ITB. HMJ, berkoordinasi dengan cabinet, mengirimkan wakilnya kepada kongres, badan otonom, memiliki wewenang penuh atas dirinya sendiri, penyampai aspirasi mahasiswa. Unit, lembaga mahasiswa yang tergabung berlandaskan passion sama di berbagai bidang kemanusiaan, tidak memiliki wakilnya di kongres, penyampaian aspirasi dilakukan melalui jurusan masing masing, badan autonom.

Kaum Intelek

Bagaimana cara membedakan kaum intelek dan yang bukan? Kaum intelek memiliki integritas, watak ilmu, kesadaran akan mengemban potensi, dan will to power.

Himpunan dan Unit

Lembaga yang sangat dinamis dalam melakukan berbagai aktivitas kemahasiswaan adalah dua lembaga tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatannya, menerapkan banyak hal dasar mengenai kemahasiswaan. Adapun saat melakukan berbagai acara, unit dan cabinet sama sama mengawasi keberjalanan acara tersebut. Salah satu bidang unit, yaitu media memiliki banyak hal hal dasar yang membantu kelancaran dinamisasi kampus. Sebagai media partner, penyampai aspirasi antara massa kampus dan juga lembaga eksekutif, yaitu cabinet. Berkemahasiswaan tidak lepas dari berbagai budaya yang ada di kampus, antara lain, integritas, kajian, peduli, apresiasi, kritis dan solutif, berhimpun, partisipasi, dan berkarya. Pada saat awal berdiri, mahasiswa di ITB masih berhimpun berdasarkan jurusannya masing masing, tidak lama kemudian ada sebuah wadah terpusat yang kita sebut dewan mahasiswa, karena berbagai alasan maka dibubarkan, dan kembali menjadi system yang tidak terpusat. Pada akhirnya lahirlah sebuah kemauan bersama untuk berangkul dan berkolaborasi, melalui Kabinet. Dulu pergerakan mahasiswa masih berlandaskan pemberontakan. Berbeda dengan sekarang yang lebih melakukan pergerakan dengan cara yang lebih kreatif. Nilai nilai utama pun tidak berubah, walaupun dalam pelaksanaannya seringkali berubah setiap masa, mengikuti kebutuhan yang harus dipenuhi. Mahasiswa yang tidak mengikuti himpunan, adlaah mahasiswa yang menolak untuk menyampaikan aspirasinya. Kolaborasi antar lembaga pelaku kegiatan kemhasiswaan sangat diperlukan, mengingat banyak sekali kebutuhan dan idelisme yang tidak bisa ditanggung oleh sendiri.

Sudut Pandang

Melihat Indonesia di 5 tahun ke depan, adalah melihat diri kita saat ini. Masalah yang ada menantang kita untuk menerapkan berbagai keilmuan yang kita dapat selama berkemahasiswaan di pergurun tinggi. Masalah pun lebih kompleks karena sekarang segalanya saling terkait membentuk suatu tabir kesejahteraan bangsa yang tidak bisa diselesaikan apabila kita sendiri melakukannya. Tidak cukup sampai disitu distraksi yang ditimbulkannya membuat kita tidak cukup memahami berbagai permasalahan melalui satu sisi saja. Terkadang merefleksikan kembali permasalahn sehingga menghilangkan esensi dari permasalahan yang sebenarnya. Berpikir inovatif adalah cara untuk melihat jelas jauh ke dalam permasalahan apa yang terjadi. Setelah berhasil melihat permasalahan utama pun kita dituntut kembali untuk memahami apa yang harus dilakukan, menghasilkan suatu hal yang solutif, taktis, dan strategis. Solusi pun kadang tidak menjawab permasalahan yang terjadi. Tidak tepat guna. Bahkan apabila kita memandang lebih jauh lagi, tidak cukup sampai disitu, perlu adanya keberlanjutan akan solusi yang kita berikan, karena sudah kita ketahui bersama, sekarang semakin dinamis dan masalah justru tidak semakin sedikit, banyak dan kompleks.

Tahapan

Berkemahasiswaan memiliki proses yang panjang dan sistematis. Beberapa orang menganaolgikannya sebagai suatu proses berjenjang melaui berbagai tahapan. Sering diidentikan dengan tahun menjadi mahasiswa, merupakan pandangan yang salah apabila kita melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Tahap 1, adalah tahap orientasi, dimana saat itu kita memahami berbagai esensi, tujuan, mengetahui budaya, mengetahui fasilitas dan identitas diri. Tahap 2, adalah tahap karya dan kegiatan aktif, mendukung berbagai proker, menilai dan mengapresasi kegiatan, membangun pola piker kritis, optimis dan menganalisis permasalahan, serta menghasilkan solusi konstruktif. Tahap 3, eksekutif, bertanggung jawab terhadap diri, altualisasi nilai dan pola piker terbuka, lingkungan kondusif dan keterbukaan pemikiran. Tahap 4, menjaga nilai, pertimbangan konstruktif dan mengkaji. Tahap 5, persiapan alumni, pemaknaan, peran siap mengembangkan kelimuan, visi yang menyokong, mempersiapkan status barunya sebagai alumni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar