Mahasiswa
Perguruan tinggi memiliki peran untuk membentuk manusia susila dan
demokratis. Insaf akan tanggung jawab kesejahteraan masyarakat, cakap dan
mandiri memelihara, memajukan ilmu pengetahuan, dan cakap memangku jabatan dan
pekerjaan. Itulah yang disebut insan akademis, manusia, ilmiah. Sehingga
mahasiswa sebagai insan akademis berkewajiban untuk mengembangkan diri, mampu,
tanggap, menghadapi masa depan, mmencari dan membela kebenaran ilmiah.
Keluarga Mahasiswa
Mahasiswa adalah civitas akademika, mengemban misi tridarma perguruan
tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengembangan masyarakat. Dalam
Keluarga Mahasiswa ITB banyak lembaga yang berwenang dalam mengatur segala hal
tentang kemahasiswaan itu sendiri. Antara lain, kongres, kedaulatan tertinggi,
menentukan dan mengawasi. Tim Beasiswa, saat ini tidak aktif, memiliki
pertanggung jawaban kepada kongres mengenai control
social dan bersifat tidak politis. Kabinet, merupakan lembaga eksekutif,
berperan dalam dinamisasi kampus melalui pencerdasan dan pengembangan. MWA-WM,
perwakilan mahasiswa di majelis tertinggi ITB. HMJ, berkoordinasi dengan cabinet, mengirimkan wakilnya kepada
kongres, badan otonom, memiliki wewenang penuh atas dirinya sendiri, penyampai
aspirasi mahasiswa. Unit, lembaga mahasiswa yang tergabung berlandaskan passion sama di berbagai bidang
kemanusiaan, tidak memiliki wakilnya di kongres, penyampaian aspirasi dilakukan
melalui jurusan masing masing, badan autonom.
Kaum Intelek
Bagaimana cara membedakan kaum intelek dan yang bukan? Kaum intelek
memiliki integritas, watak ilmu, kesadaran akan mengemban potensi, dan will to power.
Himpunan dan Unit
Lembaga yang sangat dinamis dalam melakukan berbagai aktivitas
kemahasiswaan adalah dua lembaga tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatannya,
menerapkan banyak hal dasar mengenai kemahasiswaan. Adapun saat melakukan
berbagai acara, unit dan cabinet sama
sama mengawasi keberjalanan acara tersebut. Salah satu bidang unit, yaitu media
memiliki banyak hal hal dasar yang membantu kelancaran dinamisasi kampus.
Sebagai media partner, penyampai aspirasi antara massa kampus dan juga lembaga
eksekutif, yaitu cabinet. Berkemahasiswaan
tidak lepas dari berbagai budaya yang ada di kampus, antara lain, integritas,
kajian, peduli, apresiasi, kritis dan solutif, berhimpun, partisipasi, dan
berkarya. Pada saat awal berdiri, mahasiswa di ITB masih berhimpun berdasarkan
jurusannya masing masing, tidak lama kemudian ada sebuah wadah terpusat yang
kita sebut dewan mahasiswa, karena berbagai alasan maka dibubarkan, dan kembali
menjadi system yang tidak terpusat. Pada akhirnya lahirlah sebuah kemauan
bersama untuk berangkul dan berkolaborasi, melalui Kabinet. Dulu pergerakan
mahasiswa masih berlandaskan pemberontakan. Berbeda dengan sekarang yang lebih
melakukan pergerakan dengan cara yang lebih kreatif. Nilai nilai utama pun
tidak berubah, walaupun dalam pelaksanaannya seringkali berubah setiap masa,
mengikuti kebutuhan yang harus dipenuhi. Mahasiswa yang tidak mengikuti
himpunan, adlaah mahasiswa yang menolak untuk menyampaikan aspirasinya. Kolaborasi
antar lembaga pelaku kegiatan kemhasiswaan sangat diperlukan, mengingat banyak
sekali kebutuhan dan idelisme yang tidak bisa ditanggung oleh sendiri.
Sudut Pandang
Melihat Indonesia di 5 tahun ke depan, adalah melihat diri kita saat
ini. Masalah yang ada menantang kita untuk menerapkan berbagai keilmuan yang
kita dapat selama berkemahasiswaan di pergurun tinggi. Masalah pun lebih
kompleks karena sekarang segalanya saling terkait membentuk suatu tabir
kesejahteraan bangsa yang tidak bisa diselesaikan apabila kita sendiri melakukannya.
Tidak cukup sampai disitu distraksi yang ditimbulkannya membuat kita tidak
cukup memahami berbagai permasalahan melalui satu sisi saja. Terkadang
merefleksikan kembali permasalahn sehingga menghilangkan esensi dari
permasalahan yang sebenarnya. Berpikir inovatif adalah cara untuk melihat jelas
jauh ke dalam permasalahan apa yang terjadi. Setelah berhasil melihat
permasalahan utama pun kita dituntut kembali untuk memahami apa yang harus
dilakukan, menghasilkan suatu hal yang solutif, taktis, dan strategis. Solusi
pun kadang tidak menjawab permasalahan yang terjadi. Tidak tepat guna. Bahkan
apabila kita memandang lebih jauh lagi, tidak cukup sampai disitu, perlu adanya
keberlanjutan akan solusi yang kita berikan, karena sudah kita ketahui bersama,
sekarang semakin dinamis dan masalah justru tidak semakin sedikit, banyak dan
kompleks.
Tahapan
Berkemahasiswaan memiliki proses yang panjang dan sistematis. Beberapa
orang menganaolgikannya sebagai suatu proses berjenjang melaui berbagai
tahapan. Sering diidentikan dengan tahun menjadi mahasiswa, merupakan pandangan
yang salah apabila kita melihat dari sudut pandang yang lebih luas. Tahap 1,
adalah tahap orientasi, dimana saat itu kita memahami berbagai esensi, tujuan,
mengetahui budaya, mengetahui fasilitas dan identitas diri. Tahap 2, adalah
tahap karya dan kegiatan aktif, mendukung berbagai proker, menilai dan
mengapresasi kegiatan, membangun pola piker kritis, optimis dan menganalisis
permasalahan, serta menghasilkan solusi konstruktif. Tahap 3, eksekutif,
bertanggung jawab terhadap diri, altualisasi nilai dan pola piker terbuka,
lingkungan kondusif dan keterbukaan pemikiran. Tahap 4, menjaga nilai,
pertimbangan konstruktif dan mengkaji. Tahap 5, persiapan alumni, pemaknaan,
peran siap mengembangkan kelimuan, visi yang menyokong, mempersiapkan status
barunya sebagai alumni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar